PM Hu: China Ingin Lakukan Penggabungan Taiwan dengan Damai
Di langsir dari blog BETHOROKOLO. Blog klecam-klecem ini memberikan informasi tentang Kabar Militer Indonesia, Update Info Militer Dunia dan Indonesia, Alutsista Militer, Alutsista Negara Indonesia, Alutsista TNI. Kali ini mengupdate artikel tentang PM Hu: China Ingin Lakukan Penggabungan Taiwan dengan Damai.
Sekian blog klecam-klecem ini memberikan informasi tentang Kabar Militer Indonesia, Update Info Militer Dunia dan Indonesia, Alutsista Militer, Alutsista Negara Indonesia, Alutsista TNI dengan artikel tentang PM Hu: China Ingin Lakukan Penggabungan Taiwan dengan Damai semoga bermanfaat. Terimakasih telah membaca blog klecam-klecem.
BEIJING-(IDB) : Dalam pidato peringatan ulang tahun yang ke-100 revolusi komunis China, Presiden Hu Jintao, Minggu (9/10), menegaskan bahwa Beijing lebih ingin menyatukan Taiwan dengan cara damai bukan perang. Hu juga menekankan bahwa China dan Taiwan harus bergerak melampaui sejarah yang telah membagi mereka dan fokus pada kepentingan ekonomi dan budaya.
Pada upacara yang diadakan di Balai Agung Rakyat di Beijing, Hu Jintao, mengatakan China dan Taiwan harus mengakhiri hubungan antagonismenya, "menyembuhkan luka masa lalu dan bekerja sama untuk mencapai pembaharuan kembali bangsa China."
"Mencapai reunifikasi dengan cara damai memaksudkan melayani kepentingan fundamental dari semua orang China, termasuk saudara-saudara kami di Taiwan," kata Hu dengan menambahkan bahwa setiap pihak harus meningkatkan daya saing ekonomi, mempromosikan budaya China dan membangun rasa kebersamaan identitas nasional.
Presiden Hu tampaknya mencoba untuk mengubah pendirian China yang sebelumnya hanya berisi ancaman retorika terkait penolakan Taiwan atas penyatuan dengan China.
Ketegangan juga telah mereda saat Presiden Taiwan Ma Ying-jeou memfasilitasi perjanjian perdagangan ekonomi teknologi tinggi Taiwan untuk pasar yang menguntungkan China.
Minggu, sebuah potret besar pendiri China modern, Sun Yat-Sen, digantung di atas panggung tempat duduk mantan para petinggi China termasuk mantan presiden Jiang Zemin, yang membuat penampilan langka didepan publik beberapa bulan ini setelah spekulasi bahwa kondisi kesehatannya memburuk.
Upacara di Beijing menandai peringatan 10 Oktober 1911, pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh pemberontak yang terkait dengan Sun, pemimpin revolusioner di garnisun dinasti Qing. Serangan itu diatur dalam peristiwa mosi yang menyebabkan penggulingan kekuasaan kekaisaran dan mengangkat harapan bahwa China bisa muncul dari satu abad setengah penghinaan nasional yang dipikulnya pada tangan kekuatan asing.
Republik China didirikan dua setengah bulan kemudian, tetapi dalam kekacauan pemerintaha nasionalis melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 menyusul kemenangan Komunis Mao Zedong atas Nasionalis Chiang Kai-shek dalam perang saudara di China.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mengancam untuk menyerang.
Dalam sambutannya, Hu mengatakan Sun merupakan "seorang pahlawan nasional yang besar, seorang patriot besar dan pemimpin besar revolusi demokratik China." Dia juga mengatakan Partai Komunis adalah "inti kekuatan" yang mendorong keberhasilan China.
Pada upacara yang diadakan di Balai Agung Rakyat di Beijing, Hu Jintao, mengatakan China dan Taiwan harus mengakhiri hubungan antagonismenya, "menyembuhkan luka masa lalu dan bekerja sama untuk mencapai pembaharuan kembali bangsa China."
"Mencapai reunifikasi dengan cara damai memaksudkan melayani kepentingan fundamental dari semua orang China, termasuk saudara-saudara kami di Taiwan," kata Hu dengan menambahkan bahwa setiap pihak harus meningkatkan daya saing ekonomi, mempromosikan budaya China dan membangun rasa kebersamaan identitas nasional.
Presiden Hu tampaknya mencoba untuk mengubah pendirian China yang sebelumnya hanya berisi ancaman retorika terkait penolakan Taiwan atas penyatuan dengan China.
Ketegangan juga telah mereda saat Presiden Taiwan Ma Ying-jeou memfasilitasi perjanjian perdagangan ekonomi teknologi tinggi Taiwan untuk pasar yang menguntungkan China.
Minggu, sebuah potret besar pendiri China modern, Sun Yat-Sen, digantung di atas panggung tempat duduk mantan para petinggi China termasuk mantan presiden Jiang Zemin, yang membuat penampilan langka didepan publik beberapa bulan ini setelah spekulasi bahwa kondisi kesehatannya memburuk.
Upacara di Beijing menandai peringatan 10 Oktober 1911, pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh pemberontak yang terkait dengan Sun, pemimpin revolusioner di garnisun dinasti Qing. Serangan itu diatur dalam peristiwa mosi yang menyebabkan penggulingan kekuasaan kekaisaran dan mengangkat harapan bahwa China bisa muncul dari satu abad setengah penghinaan nasional yang dipikulnya pada tangan kekuatan asing.
Republik China didirikan dua setengah bulan kemudian, tetapi dalam kekacauan pemerintaha nasionalis melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 menyusul kemenangan Komunis Mao Zedong atas Nasionalis Chiang Kai-shek dalam perang saudara di China.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mengancam untuk menyerang.
Dalam sambutannya, Hu mengatakan Sun merupakan "seorang pahlawan nasional yang besar, seorang patriot besar dan pemimpin besar revolusi demokratik China." Dia juga mengatakan Partai Komunis adalah "inti kekuatan" yang mendorong keberhasilan China.
Sumber : Analisa
Sekian blog klecam-klecem ini memberikan informasi tentang Kabar Militer Indonesia, Update Info Militer Dunia dan Indonesia, Alutsista Militer, Alutsista Negara Indonesia, Alutsista TNI dengan artikel tentang PM Hu: China Ingin Lakukan Penggabungan Taiwan dengan Damai semoga bermanfaat. Terimakasih telah membaca blog klecam-klecem.
0 komentar:
Posting Komentar